SELAMAT DATANG KE BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT ATAS KUNJUNGANNYA BAIK KAMI MAUPUN ANDA

Cari Blog Ini

Sabtu, 16 April 2011

ada 4 penyakit jaman sekarang...!!!!



1.Ogah-Prihatinis (Ogah-Menderitasis) Penyakit yang disebabkan oleh Virus SSG (Suka-Suka Gue) ini gampang menyerang pada anak-anak remaja, tetapi kalau tidak hati-hati, orang tua pun bisa kena. Gejala-gejalanya : - Biasanya nafsu makan tinggi, badan cepat besar, bongsor, gemuk, dan bawaannya pingin happy-happy, senang-senang melulu dan ogah menderita. - Malas, lesu dan badan mudah capek dalam bekerja atau belajar, maka biasanya pasien menjadi lebih suka menonton daripada membaca atau bekerja. - Sebagai akibatnya daya tahan tubuh turun, mudah ngantuk, mudah lupa dan akibatnya akan menaikkan kadar kolestotol (Biasanya disebut jerawat). Penyakit ini susah disembuhkan. Sampai sekarang ini belum ada obat yang manjur untuk mengatasinya. Ini sangat merepotkan keluarga, guru, pasangan hidup, bahkan Tuhan pun pusing!



2. Gila-Hartanitis Penyakit ini dsebabkan olah Virus HUV (Hidup Untuk Verut). Biasanya menyerang kaum dewasa yang sudah bekerja, alias tahu duit. Lebih ganas daripada anjing gila ataupun sapi gila. Gejala-gejalanya : - mata menjadi hijau (Alias mata duitan!) - Tenggorokan kering dan terasa haus terus (Haus uang, haus barang, haus sukses, dll.) - Susah tidur, otak berputar-putar terus! - Pasien ini hanya bisa tidur 3-4 jam saja sehari. - Kalau sudah parah, penyakit ini akan membuat pasiennya hilang ingatan. Maka perlu cepat-cepat dilarikan ke tempat-tempat ibadah. Jika perlu, setelah konsultasi dengan dokter, boleh juga diminta opname di pondok pesantren.



3. Gengsianisis Penyakit imi menyerang segala umur, dari anak2 sampai oma2. Penyakit ini ditularkan dari mulut ke mulut, dan juga lewat layar kaca. Penyebab belum terdeteksi, nampaknya asli dari dalam dari sendiri, setan pun kagak tau… Gejala-gejalanya - Kepala mendongak keatas, wajah menyeramkan, dan gampang marah, karena penyakit ini menyerang otak pengendali rasa malu dan menaikkan kadar sombongsit sehingga pasien akas merasa lebih dari yang lainnya. - Khusus untuk pasien berusia muda, penyakit ini membuat pasien alergi terhadap terik matahari, suka yang halus-halus saja, serta demen di ruangan ber-AC, berjam-jam di salon, doyan jamu-jamuan, lotion dan segala perawatan tubuh. Kalau sudah parah, penyakit ini bisa sungguh amat sangat menakutkan. - Pasiennya gampang lupa, lupa pada dirinya, lupa pada temannya dan lupa pada "Pencipta"-Nya.



4. Shopping Syndrome Penyakit ini biasa menyerang kaum wanita, terutama umur 17-55 tahun. Gejala-gejalanya : - Kalau melihat baju dan sepatu baru, mata susah berkedip, wajah berbinar-binar, tangan gemetaran dan mulut ngiler. - Kaki tak bisa diam, tak betah dirumah, dan pingin keluyuran mulu ke supermarket. Kalau sudah parah, penyakit ini tidak tanggung-tanggung serangan : - Stadium 2 : Dompet sendiri. - Stadium 3 : Dompet teman alias ngutang. - Staduim 4 : Dompet suami bisa amblas.

positing by amry_ramo@yahoo.com

Selasa, 15 Maret 2011

Bahaya Radiasi Nuklir Pasca Ledakan Reaktor Nuklir di Fukushima bisa jadi menyerupai peeristiwa PLTN di Chernobyl Ukraina 26 April 1986



Reaktor nuklir di Fukushima yang meledak pada Sabtu (12 Maret 2011) kemaren, menyebabkan pemerintah Jepang segera mengevakuasi warganya yang berada dalam radius 20 km untuk diungsikan di tempat yang lebih aman. Pasca gempa 9 SR dan tsunami yang melanda pulau ini, pendingin pada reaktor nuklir tersebut tidak berfungsi. Meskipun pemerintah Jepang berusaha mengurangi resiko meluasnya radiasi nuklir ini, akan tetapi faktanya usaha itupun tidak berhasil. Sehingga satu dari lima reaktor nuklir yang ada di Fukushima tersebut yang tadinya dikatakan mengalami kebocoran kecil, akhirnya meledak.




Di Perfektur Fukushima, tingkat radiasi dari reaktor nuklir Fukushima No. 1 milik Tokyo Electric Power Co telah melampaui batas normalnya.

Ini adalah material radioaktif pertama yang lepas ke udara bebas dan diketahui mengeluarkan kekuatan radiasi lebih dari delapan kali di atas batas toleransi yang biasa dideteksi pos pemantauan di reaktor nuklir itu.



Tingkat radiasi sudah mencapai sekitar 1.000 kali titik normal di ruang kontrol Reaktor Nomor 1 Fukushima, demikian Badan Keamanan Nuklir dan Industri Jepang seperti dikutip Kyodo.

Badan itu mengatakan telah menerbitkan perintah kepada perusahaan listrik tersebut untuk membuka katup reaktor guna melemaskan tekanan dalam container housing pada reaktor menyusul gempa bumi dahsyat Jumat itu.

Pemerintah daerah setempat yang menjalankan perintah Perdana Menteri Naoto Kan, telah memerintahkan diungsikannya 3.000 penduduk Fukushima yang tinggal dalam radius 10 km dari Reaktor Nuklir Nomor 1 dan berada dalam radius 3 km dari Reaktor Nomor 2.

Jumlah bangunan yang setengah atau sepenuhnya rusak kini dilaporkan sudah mencapai 3.400 unit, dan kasus kebakaran yang menimpa daerah-daerah terkena gempa sudah sekitar 200 kasus, ungkap Badan Manajemen Kebakaran dan Bencana Jepang.


Dari sumber berita di televisi, kabar yang aq dengar, sekitar 22 warga telah terkena radiasi nuklir dan 163 orang masih diduga terpapar radiasi tersebut. Dari seorang pakar kelistrikan dan nuklir, menurutnya, yang terjadi di Jepang tersebut masih dikategorikan rendah. Lalu bagaimana tentang warga sekitar yang sudah terpapar radiasi? Menurut beliau (yang aq lupa namanya...hhe), ada kemungkinan, bahwa warga yang terpapar radiasi tersebut memang telah lama terkena. Karena, ada batas waktu tertentu utk seseorang diperbolehkan berada dalam radius yang cukup dekat dengan sumber radiasi.

Radiasi memang tidak mengakibatkan cacat fisik yang langsung tampak. Akan tetapi, ia mampu membunuh perlahan orang yang terpapar efeknya. Radiasi yang tinggi dapat menampakkan dampak yang langsung diketahui, sementara radiasi yang tidak disadari bisa memicu dampak jangka panjang yang biasanya malah lebih berbahaya.

Dampak sesaat atau jangka pendek akibat radiasi tinggi di sekitar reaktor nuklir antara lain sebagai berikut.

1. Mual muntah
2. Diare
3. Sakit kepala
4. Demam.

Sementara itu, dampak yang baru muncul setelah terpapar radiasi nuklir selama beberapa hari di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Pusing, mata berkunang-kunang
2. Disorientasi atau bingung menentukan arah
3. Lemah, letih dan tampak lesu
4. Kerontokan rambut dan kebotakan
5. Muntah darah atau berak darah
6. Tekanan darah rendah
7. Luka susah sembuh.

Dampak kronis alias jangka panjang dari radiasi nuklir umumnya justru dipicu oleh tingkat radiasi yang rendah sehingga tidak disadari dan tidak diantisipasi hingga bertahun-tahun. Beberapa dampak mematikan akibat paparan radiasi nuklir jangka panjang antara lain sebagai berikut :

1. Kanker
2. Penuaan dini
3. Gangguan sistem saraf dan reproduksi
4. Mutasi genetik.

Situasi darurat nuklir di Jepang seolah mengembalikan ingatan pada kecelakaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Chernobyl Ukraina 26 April 1986. Kecelakaan tragis akibat meledaknya reaktor nuklir nomer empat di pembangkit listrik itu, menjadi musibah terbesar sepanjang sejarah.

Lebih dari 4 ribu jiwa melayang dalam kecelakaan itu, jumlahnya pun terus bertambah setelah mengidap berbagai penyakit akibat terpapar radiasi. Diperkirakan 93 ribu orang terkena kanker dan 200 ribu lainnya terjangkit penyakit lain.

Korban yang terpapar langsung radiasi terkena sindrom akut radiasi (ARS), mereka tewas dalam waktu beberapa minggu pascaledakan. Selain itu, korban juga tewas akibat kanker thyroid setelah menghirup udara yang tercemar radioaktif.

Hingga saat ini Chernobyl menjadi kota mati karena ditinggal oleh penduduknya. Banyak cerita mistis yang muncul di Chernobyl, hingga dijuluki Kota Hantu Ukraina.(DRY)

Naahhh tuhh..ngeri juga yaa...wadduh...Apa jadinya kalo itu di Indonesia???

Dan sekali lagi, musibah ini mengingatkan kita betapa besar kuasa Tuhan atas bumi kita ini. Dengan sekali jentik saja, "Kun fayakun! Jadi, maka jadilah!" Tak ada lagi yang mampu menghindarinya tanpa ijinNya.
amry_ramo@yahoo.com

Jumat, 11 Maret 2011

BELAJAR BACA FOTO THORAX

Teman-teman mungkin sudah banyak yang tahu kalo membaca foto thorax yang memberikan beberapa warna putih. Tapi untuk foto thorax yang memberikan warna hitam sepertinya agak sulit di analisa, karena memang dasarnya gambaran paru-paru itu memang hitam (lucent). Nah mari kita mulai belajarnya...



Gambaran Hitam Pada Paru-Paru
Gambaran Hitam pada paru-paru bisa disebabkan beberapa diagnosa berikut yaitu :
1. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
2. Pneumothorax
3. Tension Pneumothorax
4. Pulmonary Embolus
Untuk lebih jelasnya bagaimana bentuk gambaran hitam pada paru-paru dari masing-masing diagnosa diatas, mari kita lihat satu persatu.

1. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)



Ini adalah Foto Thorax dengan pasien COPD. Kedua lapangan paru terlihat lebih hitam dan lebih besar secara volume dibandingkan dengan gambaran normal. Hemidiafragma terlihat rata dan pada bagian tengah dan terdapat bullae di bagian tengah paru. Lebih sedikit pembuluh darah yang terlihat secara peripheral terutama di bagian atas dan tengah, tetapi arteri pulmonari terlihat besar di pertengahan, menandakan adanya perkembangan hipertensi arterial pulmonari lanjutan.

Jika kita mau menentukan penyebab adanya bayangan hitam pada kedua lapangan paru, maka yang perlu kita perhatikan adalah :

Perhatikan masalah daya tembus. Lihat pada corpus vertebrae yang berada di belakang jantung. Ingat bahwa sinar-x yang daya tembusnya besar akan memberikan gambaran corpus vertebrae lebih keras di belakang bayangan jantung. Jika corpus vertebrae tersebut terlihat sangat jelas, maka ini berarti daya tembus sinar-x terlalu tinggi. Hal ini akan menyebabkan gambaran paru terlihat hitam. Jika ini terjadi maka COPD tidak bisa dinilai karena penyebab gambaran paru terlihat hitam bukan karena penyakit tetapi karena over expose.

Namun jika kita merasa bahwa faktor eksposi yang kita gunakan sudah tepat, maka penyebab gambaran hitam pada kedua lapangan paru kebanyakan adalah karena COPD. COPD ditandai dengan pembesaran paru-paru yang disebabkan karena adanya udara yang terjebak dan berkembangnya bullae (bullae adalah istilah medis untuk gelembung yang dilapisi oleh kulit dan didalamnya terpat udara atau cairan). Untuk memastikan bahwa ini COPD maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Hitung jumlah costae yang telihat secara anterior. Jika paru-paru membesar, maka kita dapat menghitung costae lebih dari tujuh. Hati-hati dalam perhitungan ini, sebab kadang-kadang pada pasien normal, kita juga dapat menghitung costae lebih dari tujuh.

2. Lihat bentuk diafragma. Pada kasus COPD diafragma terlihat flat bahkan kadang-kadang membuka ke atas. Hal ini lebih memudahkan dalam penandaan adanya hiper ekspansi daripada menghitung jumlah costae.

3. Lihat bentuk dari jantung. Thorax yang mengalami pelebaran pada kasus COPD akan membuat sinar-x menjadikan jantung menjadi elongasi dan terlihat mengecil, terangkat dari batas bawahnya.

4. Lihat Bullae. Terdapat daerah hitam yang jelas pada paru-paru biasanya terlihat melingkar, dikelilingi oleh bayangan garis rambut. Bullae menekan paru-paru normal dan menyimpangkan pembuluh-pembuluh darah yang berada disekeliling paru-paru jadi untuk melihat bullae ini cari daerah yang terdapat penyimpangan pembuluh darah, biasanya di situ terdapat bullae.

5. Lihat tanda-tanda paru. Paru-paru yang hitam karena COPD biasanya diiringi oleh menurunnya tanda-tanda paru. Penurunan tanda-tanda paru ini terjadi pada kedua lapangan paru (bilateral) dan menyebar secara lurus mulai dari hilum yang menjadi pendek dan tebal hingga ke peripheral.

2. Pneumothorax




Pasien di atas mengalami pneumothorax pada sisi sebelah kiri dengan kolaps sebagian pada paru kiri. Lapangan paru luar terlihat hitam. Dapat kita lihat ujung paru yang berwarna hitam (tanda panah).

Penyebab Pneumothorax :
- Spontanitas (tiba-tiba saja terjadi)
- Latrogenic/Trauma misalnya benturan pada pleura, biopsi pada transbronchialis, pemasukan garis vena pusat, ventilasi mekanis.
- Penyakit paru obstruktif misalnya asma, COPD
- Infeksi misalnya pneumonia, tuberculosis
- Cystic fibrosis
- Connective tissue disorders misalnya Marfan’s , Ehler-Danlas

Jika kita melihat adanya gambaran hitam pada paru yang unilateral (hanya pada satu sisi paru saja) maka yang perlu kita perhatikan adalah :

1. Perhatikan kualitas film. Film yang memilki basic fog tidak merata akan menyebabkan film terlihat hitam sebagian.

2. Tentukan sisi mana yang mengalami kelainan. Hal ini biasanya mudah ditentukan dimana sisi yang mengalami pengurangan tanda-tanda paru merupakan sisi yang mengalami kelainan.

Sekarang kita harus menentukan penyebab kehitaman terjadi. Tanda-tanda paru sebenarnya merupakan pembuluh darah dan tidak adanya tanda-tanda paru menyebabkan paru-paru terlihat hitam. Gambaran pembuluh darah akan hilang jika paru ditutupi oleh udara yang akan terjadi bersamaan dengan pneumothorax, bullous atau cystis lung disease (penyakit paru cystis) atau jika pembuluh darah kekurangan darah sebagaimana terjadi pada emboli pulmonari. Lalu untuk membedakan antara pneumothrax, bullous/cyst dan emboli pulmonari, maka harus diperhatikan :

1. Lihat ujung paru. Pada pneumothorax kita dapat melihat ujung dari paru terlihat tidak normal. Perhatikan lebih seksama bagian atas, dimana udara akan terakumulasi pertama kali. Mata kita terlatih untuk melihat garis horisontal lebih baik dibandingkan dengan melihat garis vertikal sehingga kadang-kadang lebih mudah mendeteksi ujung paru apabila foto thorax tersebut diputar sehingga ujung paru berada di atas dan dibawah bukan di kanan dan di kiri.

2. Lihat Mediastinum. Mediastinum yang tampak, bergeser dari paru yang berwarna hitam, menandakan berkembangnya tension pneumothorax. Ini merupakan emergensi medis dan kita harus dengan segera memeriksa kembali pasien tersebut.

3. Lihat sisa paru yang ada. Bullous disease tampak berkurang jika sisa paru yang ada tampak normal.

4. Perbedaan antara pneumothorax dan bullae bisa sangat sulit dan seringkali tidak mungkin. Lihat lagi dengan seksama tanda-tanda paru. Jika kita melihat tanda-tanda paru tadi menyilang di atas daerah paru yang berwarna hitam, maka kemungkinan kita sedang melihat bullae. Jika kita melihat tanda-tanda paru mulai dari peripheral sampai daerah paru yang berawarna hitam, maka itu juga kemungkinannya adalah bullae.

5. Minta pasien untuk melakukan ekspirasi saat foto thorax diambil. Pada umumnya Thorax akan terlihat lebih kecil saat ekspirasi, namun pada pneumothorax, thorax terlihat lebih besar saat ekspirasi.

3. Tension Pneumothorax








Pasangan foto thorax diatas menunjukkan adanya potensi kondisi yang fatal dari tension pneumothorax (pneumothorax yang disebabkan karena adanya penekanan). Pada Foto Inspirasi, paru kanan semuanya kolaps, tetapi mediastinum berada ditengah. Pada Foto Ekspirasi, udara terjebak di hemithorax kanan di bawah tekanan positif, jantung dan paru kiri tertekan ke arah kiri. Vena balik jantung mengalami obstruksi dengan potensi hasil yang fatal jika cavum pleura tidak segera dikeringkan.

Jika kita mencurigai adanya pneumothorax sebagai penyebab gambaran hitam pada lapangan paru, kita harus memperhatikan dengan baik apakah gambaran hitam tersebut berada dibawah tekanan sebagaimana halnya emergensi medis. Jika memungkinkan lihat pd film ekspirasi dan :

1. Lihat ukuran kehitaman paru. Pada tension pneumothorax paru-paru yang berwarna hitam biasanya sangat besar.

2. Lihat posisi mediastinum. Pada tension pneumothorax mediastinum akan bergeser dari paru yang mengalami tension pneumothorax.

3. Lihat bentuk mediastinum. Lihat pada ujung dari paru yang berwarna hitam. Jika dia cekung ke arah yang berwarna hitam, maka dicurigai adanya tension pneumothorax.

4. Selalu ingat pada pasien. Tension Pneumothorax bisa berkembang kapan saja dan jika pasien tiba-tiba mengalami stres, maka gambaran tension pneumothorax bisa hilang saat diambil foto thorax pada kondisi stres ini, padahal pasiennya masih memiliki tension pneumothorax.

4. Pulmonary Embolus (PE)





Foto thorax di atas diambil dari pasien yang mengalami pembesaran pulmonary embolus akut. Perhatikan dengan baik pada daerah kanan atas. Mendadak muncul fissura horisontal dimana daerah tersebut terlihat lebih hitam dibandingkan dengan bagian kiri pada tinggi yang sama (tanda panah). Ini merupakan Westermark’s sign dari perfusi yang berkurang pada daerah paru yang mengindikasikan bahwa arteri pada daerah ini mengandung gumpalan besar. Perhatikan juga daerah konsolidasi dibawah fissura horisontal, merupakan titik kecil dari infarksi.

Ingatlah untuk selalu memeriksa kualitas film yang digunakan. Hal ini menjadi penting sebab perubahan densitas yang diakibatkan oleh pulmonary emboli sulit dibedakan dengan perubahan densitas yang diakibatkan tidak sempurnanya pengambilan foto. Jika kita mencurigai adanya PE sebagai penyebab kehitaman pada paru-paru, maka kita harus :

1. Periksa tanda-tanda yang dihasilkan oleh COPD maupun pneumothorax. Kita harus memisahkan kehitaman yang dihasilkan karena kedua diagnosa tadi.

2. Tentukan apakah daerah paru yang mengalami penghitaman itu melingkar dan tidak tersebar luas. Embolus di dalam arteri pulmonalis hanya akan memberikan efek pada bagian-bagian yang disuplai oleh arteri dan tidak menyebabkan hal lainnya. Sangat mungkin jika terjadi emboli pada daerah yang sangat luas, akan terjadi gambaran hitam pada keseluruhan lapangan paru, namun jika hal ini terjadi lupakan pemeriksaan sinar-x, karena dalam keadaan seperti ini, pasien berada pada posisi yang sangat berbahaya, dekat dengan kematian.

3. Lihat sisa dari paru. Perfusi yang rendah (under perfusion) pada daerah yang mengalami pulmonary emboli akan menyebabkan perfusi yang tinggi (over perfusion) pada bagian paru yang lain dan akan meningkatkan densitas pada bayangan vascular. Akan sangat membantu jika dibandingkan dengan foto sebelumnya yang pernah dibuat.

4. Perhatikan arteri pulmonari dan bayangan jantung. Sebuah pulmonary emboli akut akan menyebabkan dilatasi pada arteri pulmonari terutama pada ventrikel dan atrium kanan. Arteri pulmonari akan bertambah besar dan bisa menyebabkan pembesaran juga pada bayangan jantung.

5. PE merupakan hal yang jarang yang menyebabkan paru-paru berwarna hitam dan biasanya diikuti dengan perubahan pada infarksi yang akan dijelaskan lebih lanjut, atau bisa juga tidakmenyebabkan perubahan apapun. Maka, kecuali pasiennnya berada pada kondisi yang tidak baik, pikirkan kembali mengenai penyebab lain mengapa paru-paru berwarna hitam karena penyebab lain tersebut jauh lebih mungkin sebagai penyebab paru-paru berwarna hitam.

Perubahan Infarksi
Meskipun PE menyebabkan paru-paru berwarna hitam biasanya kita akan melihat bahwa PE menyebabkan perubahan infarksi, mengarahkan kita pada hemoragic atau nekrosis paru. Ini akan menyebabkan perubahan pada foto sebagai berikut :
- Hemidiafragma yang meningkat
- Kolaps dan linier alectasis
- Effusi Pleura
- Bayangan yang bertingkat


Diposkan dari blog amry_ramo@yahoo.com

Minggu, 06 Maret 2011

ETIKA RADIOGRAFER


RENUNGAN

I. Prilaku terpuji radiografer terhadap pasien di pelayanan radiologi

a. Tidak membeda-bedakan pasien dari sukunya, agamanya, status sosialnya dan jenis kelaminnya
b. Mengerjakan pekerjaan dengan tulus ikhlas terhadap pasien
c. Memberikan pelayanan terbaik terhadap pasien
d. Menjaga rahasia tentang keadaan pasien
e. Menjaga kepercayaan pasien
f. Memanggil nama pasien dengan jelas, sopan dan benar
g. Selalu bersikap ramah dan sopan terhadap pasien
h. Merhargai keinginan pasien bila tidak ingin diperiksa olehnya
i. Menghormati setiap pasien yang melakukan pemeriksaan radiologi
j. Melayani pasien sesuai dengan prosedur dan kode etik radiografer
k. Menjaga wibawa seorang radiografer didepan pasien
l. Melakukan pemeriksaan radiologi terhadap pasien sesuai dengan ilmu yang didapat selama pembelajaran di ATRO DEPKES
m. Bersikap sabar terhadap pasien yang kurang baik padanya
n. Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang ditangani
o. Menciptakan suasana yang nyaman dan bersahabat terhadap pasien



II. Prilaku terpuji radiografer terhadap keluarga pasien di pelayanan radiologi

a. Bersikap ramah pada keluarga pasien yang ada diradiologi
b. Menciptakan suasana yang hangat pada keluarga pasien
c. Memberikan informasi yang jelas dan benar terhadap keluarga pasien
d. Menghormati keluarga pasien yang mengantar pasien
e. Membantu apabila keluarga pasien memerlukan bantuan
f. Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang tata tertib berada diruang Radiologi
g. Mengamankan keluarga pasien dari bahaya radiasi
h. Melayani keluarga pasien dengan senang hati
i. Menghargai keluarga pasien yang mengantar pasien
j. Memberitahukan prosedur pemeriksaan kepada keluarga pasien
k. Memberitahukan kepada keluarga pasien untuk menjaga kebersihan dilingkungan Radiologi
l. Meminta persetujuan pemeriksaan yang akan dilakukan kepada keluarga pasien
m. Meminta kepada keluarga pasien untuk menjaga ketertiban selama jalannya pemeriksaan
n. Tidak membeda-bedakan keluarga pasien yang mengantar pasien dari sukunya, agamanya, status sosialnya dan jenis kelaminnya
o. Bersikap sabar terhadap keluarga pasien yang kurang baik padanya




III. Prilaku terpuji radiografer terhadap petugas lain diradiologi

a. Saling menghormati dengan sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi
b. Saling menghargai dengan sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi
c. Bekerja sama dengan baik dengan sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi
d. Bersama-sama menciptakan suasana yang nyaman dilingkungan radiologi
e. Saling bertukar ilmu yang bermanfaat antar sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiogi
f. Saling membantu antar sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi
g. Bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing
h. Tidak memilih bergaul dengan siapapun
i. Tidak sungkan untuk bertanya apabila tidak mengerti
j. Bersikap santun dan bersahabat antar sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi
k. Mematuhi peraturan yang dibuat bersama-sama diradiologi
l. Bersama-sama melakukan pelayanan yang terbaik terhadap pasien
m. Tidak sungkan untuk menegur apabila petugas lain salah dalam melaksanakan tugasnya
n. Bersikap ramah tamah, dan menyapa sesama petugas baik didalam ataupun diluar radiologi
o. Bersama-sama menjaga lingkungan radiologi yang bersih dan sehat



IV. Prilaku terpuji radiografer terhadap teman sejawat diradiologi

a. Saling bertukar ilmu dan pengalaman tentang radiografi
b. Saling menghormati antar sesama radiografer
c. Saling menghargai antar sesama radiografer
d. Bersama-sama melakukan pelayanan yang terbaik terhadap pasien
e. Saling membantu dalam melaksanakan pekerjaan diradiologi
f. Bersama-sama melakukan pekerjaan sesuai dengan kode etik radiografer
g. Bersama-sama mengikuti perhimpunan dalam bidang keprofesian yaitu PARI
h. Tidak saling menyalahkan dalam melakukan pemeriksaan radiologi
i. Bersama-sama meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam pemeriksaan radiografi
j. Tidak sungkan untuk bertanya apabila tidak mengerti
k. Tidak sungkan untuk menegur apabila petugas lain salah dalam melaksanakan tugasnya
l. Bersama-sama meningkatkan ilmu dalam radiografi
m. Saling bersikap adil dalam membagi-bagi tugas diradiologi
n. Bersama-sama melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standard profesi
o. Bersama-sama menciptakan suasana yang nyaman dilingkungan radiologi

V. Prilaku terpuji radiografer untuk diri sendiri

a. Menjaga kebersihan dan kerapihan diri sendiri
b. Menjaga kesehatan dan keselamatan diri sendiri dari bahaya radiasi
c. Bersikap ramah, sopan dan baik hati terhadap semua orang
d. Percaya akan kemampuan diri sendiri
e. Mematuhi tata tertib yang berlaku
f. Melaksanakan pekerjaan berdasarkan ketulusan hati
g. Bertanggung jawab atas tugasnya
h. Menjaga dan menjunjung tinggi nama baik dan profesinya
i. Melakukan pelayanan yang terbaik terhadap pasien
j. Dalam melayani pasien tidak membeda-bedakan pasien dari sukunya, agamanya, status sosialnya dan jenis kelaminnya.
k. Dalam melaksanakan tugasnya selalu berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik radiografer
l. Bersikap sabar terhadap pasien yang kurang baik padanya
m. Melaksanakan pekerjaan dengan baik dan benar tanpa dipengaruhi oleh keuntungan pribadi
n. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standard profesi
o. Selalu meningkatkan kemampuan profesinya, sesuai perkembangan IPTEK

sinar-X Bremstrahlung dan sinar-X karakteristik

Proses terjadinya sinar-X
Foton sinar-X dihasilkan ketika elektron berkecepatan tinggi yang berasal dari katoda menumbuk target pada anoda. Elektron-elektron dari katoda ini berasal dari pemanasan filamen ( lebih dari 2000° C ), sehingga pada filamen ini akan terbentuk awan elektron. Elektron-elektron dari katoda ini akan bergerak cepat menumbuk bidang target (anoda) akibat diberikannya tegangan tinggi atau beda potensial antara katoda dan anoda. Dari hasil tumbukan tersebut menghasilkan foton sinar-X lebih kurang 1 % dan sisanya 99 % berupa energi panas.

Ada dua type kejadian yang terjadi di dalam proses menghasilkan foton sinar-X yaitu, sinar-X Bremstrahlung dan sinar-X karakteristik. Dimana interaksi itu terjadi saat elektron proyektil menumbuk target ( Carlton, 1992 :165 )


Sinar-X Bremstrahlung terjadi ketika elektron dengan energi kinetik yang terjadi berinteraksi dengan medan energi pada inti atom. Karena inti atom ini mempunyai energi positif dan elektron mempunyai energi negatif, maka terjadi hubungan tarik- menarik antara inti atom dengan elektron. Ketika elektron ini cukup dekat dengan inti atom dan inti atom mempunyai medan energi yang cukup besar untuk ditembus oleh elektron proyektil, maka medan energi pada inti atom ini akan melambatkan gerak dari elektron proyektil. Melambatnya gerak dari elektron proyektil ini akan mengakibatkan elektron proyektil kehilangan energi dan berubah arah. Energi yang hilang dari elektron proyektil ini dikenal dengan photon sinar – X bremstrahlung.

Sinar-X karakteristik terjadi ketika elektron proyektil dengan energi kinetik yang tinggi berinterkasi dengan elektron dari tiap-tiap kulit atom. Elektron proyektil ini harus mempunyai energi kinetik yang cukup tinggi untuk melepaskan elektron pada kulit atom tertentu dari orbitnya. Saat elektron dari kulit atom ini terlepas dari orbitnya maka akan terjadi transisi dari orbit luar ke orbit yang lebih dalam. Energi yang dilepaskan saat terjadi transisi ini dikenal dengan photon sinar-X karakteristik. Energi photon sinar-X karakteristik ini bergantung pada besarnya energi elektron proyektil yang digunakan untuk melepaskan elektron dari kulit atom tertentu dan bergantung pada selisih energi ikat dari elektron transisi dengan energi ikat elektron yang terlepas tersebut.


referensi dari Curry III, Thomas. S and James E. 1990. Christensen's Physics of Diagnostic Radiology, Texas

istilah2 radiologi

TERMINOLOGI

1. Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan alat tubuh manusia
2. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi alat tubuh manusia
3. Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tulang-tulang (Bahasa latin : Os) (Bahasa yunani : Osteon)
4. Skeleton atau rangka adalah tulang pada tubuh bersendi membentuk susunan
5. Retrograde cystografi adalah salah satu pemeriksaan traktus urinarius yang dikhususkan untuk memeriksa bagian vesica urinaria (kandung kemih ) dan uretra, dengan cara memasukan suatu bahan kontras yang dimasukan melalui uretra, dengan mengunakan kateter atau langsung menggunakan spuit.
6. Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan garis tengah 2 cm. Terbentang dari hipofaring hingga kardia lambung Esofagus terletak posterior terhadap jantung dan trakea, anterior terhadap vertebra dan berjalan melalui lubang pada diafragma tepat anterior terhadap aorta.
7. Radiobiologi adalah ilmu yang mempelajari efek biologi yang ditimbulkan akibat interaksi radiasi dengan bahan atau zat biologi
8. Artrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sendi ( penyakit sendi )
9. Miologi adalah ilmu yang mempelajari tentang otot
10. Neurologi adalah ilmu yang mempelajari tentang persarafan ( penyakit saraf )
11. Kardiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jantung ( penyakit jantung )
12. Gastrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang salurang pencernaan, terutama lambung dan usus
13. Oftalmologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mata ( penyakit mata )
14. Urologi adalah ilmu yang mempelajari tentang saluran kemih dan sistem reproduksi (penyakit saluran perkencingan)
15. Dermatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kulit ( penyakit kulit )


Fungsi Tulang

1. Formasi rangka : membentuk rangka tubuh
2. Formasi sendi : membentuk persendian
3. Perlekatan otot-otot
4. Kerja sebagai pengungkit
5. Penyokong berat badan
6. Proteksi : melindungi bagian yang halus
7. Pembentukan sumsum tulang ( haemopoesis)
8. Fungsi immunologis
9. Penyimpanan kalsium

Fungsi jaringan rawan :

1. Penutup ujung-ujung tulang
2. Pada embrio sebagai penyangga sementara yang kemudian akan berubah menjadi tulang keras
3. Sebagai penyangga misalnya tulang hidung dan tulang telinga
4. Penyambung antara tulang

ISTILAH - ISTILAH RADIOLOGI

A
1. Abduksi : gerakan menjauhi tubuh atau badan
2. Adduksi : gerakan mendekati tubuh atau badan
3. Alae : penonjolan tulang yang berbentuk sayap
4. Amprah : surat atau kertas keterangan permintaan tindakan radiologi
5. Antebrachii : tulang lengan bawah
6. Anterior : bagian depan
7. Appendicogram : pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gangguan pada appendiks (umbai cacing), seperti adanya penyakit usus buntu
8. Appendiks : umbai cacing
9. Appendiksitis : penyakit radang usus buntu

10. Apron : baju pelindung radiasi yang terbuat dari bahan timbal
11. Arteri : pembuluh darah yang membawa darah dari jantung keseluruh tubuh
12. Asendens : bagian yang naik

B
1.

C
1. Os Calcaneus : tulang tumit
2. Canaliculus / Kanalikulus : sebuah saluran tulang yang kecil
3. Canalis : sebuah saluran tulang
4. Caninus : gigi taring
5. Capitulum / Kapitulum : penonjolan sendi yang bulat dan kecil
6. Capsula bowman : capsula ginjal yang dipagari oleh capillaries
7. Caput / Kaput : penonjolan kepala sendi berbentuk bulat
8. Cardiomegali : pembesaran jantung
9. Caudal : bagian ekor
10. Os Cervical : tulang leher
11. Os Clavicula : tulang selangka
12. Colon : usus besar
13. Condylus : merupakan bagian sendi dari tulang yang membesar dan berbentuk bulat
14. Cornu / Kornu : penonjolan tulang seperti tanduk yang panjang
15. Corpus Alienum : benda asing yang masuk ke dalam tubuh
16. Os Costae : tulang rusuk
17. Os.Costae fluctuantes : tulang rusuk melayang
18. Os Costae sporia : tulang rusuk palsu
19. Os Costae vera : tulang rusuk sejati
20. Os Coxae : tulang duduk
21. Cranial : bagian kepala
22. Cranium : tulang kepala



D
1. Defleksi : gelombang ultrasound yang dipantulkan kembali setelah mengenai permukaan media
2. Dekstra : bagian kanan
3. Dehidrasi : kekurangan cairan atau pengurangan volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran yang berlebihan atau penyusutan yang tidak diganti sehingga tidak mempunyai persediaan yang cukup
4. Densitas : derajat kehitaman dari sebuah foto rontgen
5. Desendens : bagian yang turun
6. Disfagia : kesulitan untuk menelan atau memasukan makanan
7. Dislokasi : terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi
8. Distal : bagian yang jauh dari tubuh
9. Duodenum : bagian utama usus halus panjangnya 25 cm,berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi kepala pancreas

E
1. Echo : suara atau gema
2. Edema : tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat adanya gangguan keseimbangan cairan didalam tubuh
3. Efusi pleura : pengumpulan cairan didalam rongga pleura
4. Ekstensi : meluruskan kembali sendi
5. Eksternal : bagian luar
6. Emboli : obstruksi pembuluh darah oleh badan materi yang tidak larut
7. Empiema : nana di dalam rongga pleura
8. Endoscopy : suatu instrumen yang digunakan untuk memeriksa interior sebuah organ berongga atau rongga tubuh. Tidak seperti kebanyakan perangkat pencitraan medis, endoskopi dimasukkan langsung ke organ
9. Epicondylus : penonjolan yang bukan persendian, tempatnya diatas kondilus
10. Erect : posisi berdiri

F
1. Femur : tulang paha
2. Fasies : sebuah dataran permukaan sendi
3. FFD : Focus Film Distance atau jarak antara fokus pada tabung sinar - x dengan film
4. Os Fibula : tulang betis
5. Filter : berfungsi supaya berkas sinar-x yang heterogen menjadi lebih homogen sehingga kualitas menjadi baik dan juga berfungsi untuk mengurangi jumlah sinar-x dengan energi foto yang rendah yang tidak dapat dimanfaatkan dalam pencitraan sehingga tidak perlu keluar dari tabun
6. Fleksio : membengkokkan atau melipat sendi
7. Foramen : sebuah lubang kecil (pintu pada tulang)
8. Fossa : lekukan tulang yang luas
9. Fovea : sebuah lekukan tulang yang kecil
10. Fraktur : patah tulang atau terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya

G
1. Gallipot : sebuah wadah untuk tempat obat atau bahan kontras
2. Gastritis : radang pada gaster
3. Genue : dengkul
4. Gonad : alat reproduksi atau organ yang membuat gamet (pada laki laki adalah testis, dan pada perempuan adalah ovarium

H
1. Hemothoraks : darah di dalam rongga pleura biasa terjadi karena cedera di dada
2. Hepatitis : peradangan pada sel-sel hati
3. Hepatomegali : pembesaran hati
4. Hernia : biasa dikenal dengan turun berok atau penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut
5. High Kv : teknik pada bidang radiologi dengan memanfaatkan tegangan (kV) tinggi dengan menurunkan nilai mAs untuk menghasilkan gambaran radiografi yang sama dengan kondisi kV standar pada sebuah pemeriksaan radiologi.
6. Horizontal : garis mendatar
7. Hydroneprosis : distensi dan dilatasi dari renal pelvic, biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal (Obstruksi), Hydroneprosis biasa disebut pembesaran ginjal
8. Os Hyoideum : tulang lidah
9. Humerus : tulang lengan atas

I.
1. Incusura / Insisura : sebuah lekukan tulang atau lengkungan dari sebuah pinggir tulang
2. Inferior : bagian bawah
3. Insert tube : salah satu dari komponen tabung sinar-x yang terbuat dari tabung kaca hampa udara dengan dilengkapi KNAP yang saling berhadapan
4. Insisivus : gigi seri
5. Internal : bagian dalam

J.
1.

K
1. Karsinoma : tumor ganas
2. Kateter : sebuah pipa panjang,ramping,dan fleksibel,yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk beraneka tujuan.Kateter terbuat dari bahan lentur yang dapat dilihat dengan sinar-X.
3. Kolimasi : merupakan bagian yang terbaik dari x-ray beam restrictors yang digunakan untuk mengatur luas lapangan penyinaran, keluarnya sinar-x dan sebagai off fokus radiasi
4. Kromosom Asentrik : potongan kecil kromosom yang tidak mengandung sentromer. Kromosom ini merupakan hasil dari terjadinya delesi atau pematahan pada lengan kromosom, baik terminal atau interstisial.
5. Kromosom Cincin (ring) : hasil penggabungan lengan kromosom dari dari satu kromosom yang sama.
6. Kromosom Disentrik : kromosom dengan dua buah sentromer sebagai hasil dari penggabungan dua kromosom yang mengalami patahan


L
1. Os Lacrimale : tulang air mata
2. Lamina : lempeng tulang yang tipis
3. Lateral : posisi miring dalam kondisi tidur ataupun berdiri
4. Os Laximale : tulang mata
5. LET : Linear Energy Transfer atau tingkat energi yang tersimpan sebagai partikel bermuatan pada saat radiasi menembus bahan ( keV / mikron )
6. Longitudinal : membujur
7. Os Lumbal : tulang pinggang

M
1. Malleolus : merupakan penonjolan tulang yang besar (pada ujung bawah tibia dan fibula)
2. Os Mandibula : tulang rahang bawah
3. Os Manubrium sterni : tulang hulu
4. Ossa Manus : tangan
5. Marker : alat yang terbuat dari timbal yang di gunakan sebagai penanda objek (biasanya Marker itu R atau L maksud nya yaitu R untuk penanda bagian objek sebelah kanan dan L untuk penanda bagian objek sebelah kiri )
6. Maskularis : susunan otot
7. Os Maxilla : tulang rahang atas
8. Medial : bagian tengah
9. Minyak pendingin : berfungsi sebagai menetralisir atau mendinginkan panas yang dikeluarkan pada saat eksposi dan juga berfungsi sebagai memproteksi tegangan tinggi.
9. Molar : gigi geraham

N
1. Os Nasal : tulang hidung
2. Needle : jarum suntik (wing needle : jarum suntik berbentuk sayap)
3. Nervus : susunan syaraf

O
1. Oblique : posisi tubuh dalam keadaan miring sebesar 45 derajat
2. Oral : mulut
3. Os Orbita : tulang rongga mata
3. Os : tulang
4. Ossa : tulang - tulang

P
1. Os Patella : tulang tempurung lutut
2. Ossa Pedis : tulang kaki
3. Pelvis : tulang panggul
4. Perifer : bagian tepi
5. Plain foto : foto pendahuluan untuk mengecek persiapan yang dilakukan oleh pasien
6. Polyuria : fisiologis normal dalam beberapa keadaan, seperti diuresis dingin, diuresis ketinggian, dan setelah minum cairan dalam jumlah besar.
7. Post Void : keadaan dimana jumlah urine dalam kandung kemih sudah sedikit bahkan tidak ada karena telah dikeluarkan melalui prosses buang air kecil
8. Posterior : bagian belakang
9. Premolar : gigi geraham depan
10. Processus : merupakan penonjolan yang panjang
11. Os Proccessus Xyphoideus : tulang taju pedang
12. Profunda : dalam
13. Proksimal : bagian yang dekat ke pusat tubuh
14. Prone : posisi tiduran diatas meja pemeriksaan
15. Os Pubis : tulang kemaluan
16. Pulser : alat yang berfungsi sebagai penghasil tegangan untung merangsang kristal pada transducer dan membangkitkan pulsa ultrasound
17. Pyelonepritis : inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal.

Q
1.

R
1. Radiosensitifitas : tingkat sensitivitas terhadap paparan radiasi yang berhubungan dengan kematian sel, khususnya kematian reproduktif sel
2. Os Radius : tulang pengumpil
3. Ragebol : kemoceng
4. Ramus : sebuah cabang yang besar dari bagian tubuh utama
5. Refraksi : perubahan panjang gelombang akibat dari berpindahnya gelombang ultrasound dari suatu media ke media lainnya. hal ini menyebabkan penurunan intensitas
6. Rotasi : gerakan memutar sendi

S
1. Sand bag : bantalan pasir yang berfungsi supaya tidak ada pergerakan pada objek
2. Os Sacrum : tulang kelangkang
3. Os Scavula : tulang belikat
4. Sel : bagian yang terkecil dari makluk hidup yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop
5. Sentral : bagian pusat
6. Sinistra : bagian kiri
7. Sinus : sebuah rongga yang berisi udara
8. Sirkumduksio : gerak sirkular atau pergerakan gabungan fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksi
9. Sirosis : penyakit yang sudah lanjut dimana fungsi hati sudah sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam hati dan hati menjadi keras
10. Spina : sebuah penonjolan tulang yang runcing
11. Spons : alat yang terbuat dari busa yang digunakan supaya objek tidak mengalami pergerakan
12. Spuit : sebagai alat untuk pemasukan bahan kontras atau sebagai injector
13. Striktura : penyempitan pada organ
14. Sulcus : depresi atau celah di permukaan organ
15. Superfisial : dangkal
16. Superior : bagian atas
17. Supine : posisi tidur terlentang di atas meja pemeriksaan

T
1. Thorax : paru - paru
2. Os Tibia : tulang kering
3. Tourniquet : berfungsi untuk mengontrol vena dan arteri sirkulasi ke ujung pada jangka waktu tertentu.
4. Transducer : alat yang berfungsi sebagai transmitter (pemancar) sekaligus sebagai receiver (penerima). dalam fungsinya sebagai pemancar, transducer merubah energi listrik menjadi mekanik berupa getaran suara berfrekuensi tinggi. dan fungsi receiver pada transducer adalah merubah mekanik menjadi listrik
5. Transversal : melintang
6. Trochanter : penonjolan tulang yang bulat dengan ukuran besar
7. Trochlea : bagian persendian tulang yang berbentuk katrol
8. Tuber : penonjolan tulang bentuknya besar
9. Tuberositas : penonjolan tulang yang berbentuk bulat dengan ukuran sedang
10. Tube Shield : berfungsi sebagai pengaman dan proteksi komponen-komponen yang ada didalamnya, perisai tabung terbuat dari metal + Pb.
11. Tube Housing : salah satu dari komponen tabung sinar-x yang berfungsi untuk melindungi insert tube dari benturan fisik dan juga menjaga agar sinar-x tidak menyebar kesegala arah

U
1. Umbilikus : pusar
2. Ulcers : erosi dari mukosa dinding lambung (karena cairan gaster, diet, rokok, bakteri )
3. Os Ulna : tulang hasta
4. Urinari : sistem perkemihan
5. USG (Ultrasonografi) : pemeriksaan dalam bidang penunjang radiodiagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi yang tinggi dalam menghasilkan imajing tanpa menggunakan radiasi, tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic), tidak menimbulkan efek samping, relatif murah, pemeriksaannya cepat dan persiapan serta peralatannya lebih mudah

V
1. Vena : pembuluh darah balik yang membawa darah dari jaringan tubuh kembali ke jantung
2. Vertebrae : ruas tulang belakang
3. Vertikal : garis tegak
4. Viewing box : boks atau kotak yang didalam nya terdapat sebuah lampu yang digunakan untuk memperjelas atau membantu dalam proses membaca foto rontgen

W
1. Window : berfungsi sebagai jendela pengatur keluarnya sinar-x pada tube housing.
2. Wire : alat yang menghubungkan pulsa listrik dengan kristal
3. Wrist atau carpals : tulang pergelangan tangan

X
1. X-ray beam restrictors : perangkat yang terpasang pada pembukaan di tube housing sinar x-mengatur ukuran dan bentuk berkas sinar-x. restrictors dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu aperture diafragma, canus dan cilinders dan kolimator


Y
1.

Z
1. Zygomaticum : tulang pipi

Minggu, 16 Mei 2010

sejarah radiologi

SEJARAH RADIOLOGI

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari krostal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen.

Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Salah satu visualisasi hasil penemuan Roentgen adalah foto jari-jari tangan istrinya yang dibuat dengan mempergunakan kertas potret yang diletakkan di bawah tangan istrinya dan disinari dengan sinar baru itu.

Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar Roentgen, yaitu sifat-sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Roentgen antara lain bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetic dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, sedangkan di antara sifat-sifat lainnya adalah bahwa sinar ini menghitamkan kertas potret. Selain foto tangan istrinya, terdapat juga foto-foto pertama yang berhasil dibuat oleh Roentgen ialah benda-benda logam di dalam kotak kayu, diantaranya sebuah pistol dan kompas.


Setahun setelah Roentgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis, pda tahun 1895 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu juga. Tidak lama kemudian, Marie dan Piere Curie menemukan unsur thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan suami istri tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka, Polandia. Tidak lama sesudah itu mereka menemukan unsur radium yang memancarkan radiasi kira-kira 2 juta kali lebih banyak dari uranium.

Baik Roentgen yang pada tahun-tahun setelah penemuannya mengumumkan segala yang diketahuinya tentang sinar X tanpa mencari keuntungan sedikitpun, maupun Marie dan Piere Curie yang juga melakukan hal yang sama, menerima hadiah Nobel. Roentgen menerima pada tahun 1901, sedangkan Marie dan Piere Curie pada tahun 1904. Pada tahun 1911, Marie sekali lagi menerima hadiah Nobel untuk penelitiannya di bidang kimia. Hal ini merupakan kejadian satu-satunya di mana seseorang mendapat hadiah Nobel dua kali. Setelah itu, anak Marie dan Piere Curie yang bernama Irene Curie juga mendapat hadiah Nobel dibidang penelitian kimia bersama dengan suaminya, Joliot pada tahun 1931.

Sebagaimana biasanya sering terjadi pada penemuan-penemuan baru, tidak semua orang menyambutnya dengan tanggapan yang baik. Ada saja yang tidak senang, malahan menunjukkan reaksi negative secara berlebihan. Suatu surat kabar malamdi London bahkan mengatakan bahwa sinar baru itu yang memungkinkan orang dapat melihat tulang-tulang orang lain seakan-akan ditelanjangi sebagai suatu hal yang tidak sopan. Oleh karena itu, Koran tersebut menyerukan kepada semua Negara yyang beradab agar membakar semua karya Roentgen dan menghukum mati penemunya.

Suatu perusahaan lain di London mengiklankan penjualan celana dan rok yang tahan sinar-X, sedangkan di New Jersey, Amerika Serikat, diadakan suatu ketentuan hokum yang melarang pemakaian sinar-X pada kacamata opera. Untunglah suara-suara negatif ini segera hanyut dalam limpahan pujian pada penemu sinar ini, yang kemudian ternyata benar-benar merupakan suatu revolusi dalam ilmu kedokteran.

Seperti dikatakan di atas, Roentgen menemukan hampir semua sifat fisika dan kimia sinar yang diketahuinya, namun yang belum diketahui adalah sifat biologiknya. Sidat ini baru diketahui beberapa tahun kemudian sewaktu terlihat bahwa kulit bias menjadi berwarna akibat penyinaran Roentgen. Mulai saat itu, banyak sarjana yang menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat digunakan untuk pengobatan. Namun pada waktu itu belum sampai terpikirkan bahwa sinar ini dapat membahayakan dan merusak sel hidup manusia. Tetapi lama kelamaan yaitu dalam dasawarsa pertama dan kedua abad ke-20, ternyata banyak pionir pemakai sinar Roentgen yang menjadi korban sinar ini.

Kelainan biologik yang diakibatkan oleh Roentgen adalah berupa kerusakan pada sel-sel hidup yang dalam tingkat dirinya hanya sekedar perubahan warna sampai penghitam kulit, bahkan sampai merontokkan rambut. Dosis sinar yang lebih tinggi lagi dapat mengakibatkan lecet kulit sampai nekrosis, bahkan bila penyinaran masih saja dilanjutkan nekrosis itu dapat menjelma menjadi tumor kulit ganas atau kanker kulit.
Selama dasawarsa pertama dan kedua abad ini, barulah diketahui bahwa puluhan ahli radiologi menjadi korban sinar Roentgen ini. Nama-nama korban itu tercantum dalam buku yang diterbitkan pada waktu kongres Internasional Radiologi tahun 1959 di Munich: Das Ehrenbuch der Roentgenologen und Radiologen aller Nationen.


Salah seorang korban diantara korban sinar Roentgen ini ialah dr.Max Hermann Knoch, seorang Belanda kelahiran Paramaribo yang bekerja sebagai ahli radiologi di Indonesia. Beliau adalah dokter tentara di Jakarta yang pertama kali menggunakan alat Roentgen maka ia bekerja tanpa menggunakan proteksi terhadap radiasi, seperti yang baru diadakan pada tahun lima puluhan. Misalnya pada waktu ia membuat foto seorang penderita patah tulang, anggota tubuh dan tangannya pun ikut terkena sinar, sehingga pada tahun 1904, dr.Knoch telah menderita kelainan-kelainan yang cukup berat, seperti luka yang tak kunjung sembuh pada kedua belah tangannya. Pada tahun 1905 beliau dikirim kembali ke Eropa untuk mengobati penyakitnya ini, namun pada tahun 1908 kembali lagi ke Indonesia dan bekerja sebagai ahli radiologi di RS.Tentara, Surabaya, sampai tahun 1917. Pada tahun 1924 ia dipindahkan ke Jakarta, dan bekerja di rumah sakit Fakultas Kedokteran sampai akhir hayatnya. Akhirnya hamper seluruh lengan kiri dan kanannya menjadi rusak oleh penyakit yang tak sembuh yaitu nekrosis, bahkan belakangan ternyata menjelma menjadi kanker kulit. Beliau sampai di amputasi salah satu lengannya, tetapi itupun tidak berhasil menyelamatkan jiwanya. Pada tahun 1928, dr.Knoch meninggal dunia setelah menderita metastasis luas di paru-parunya.

Setelah diketahui bahwa sinar Roentgen dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang dapat berlanjut sampai berupa kanker kulit bahka leukemia, maka mulailah diambil tindakan-tindakan untuk mencegah kerusakan tersebut. Pada kongres Internasional Radiologi di Kopenhagen tahun 1953 dibentuk The International Committee on Radiation Protection, yang menetapkan peraturan-peraturan lengkap untuk proteksi radiasi sehingga diharapkan selama seseorang mengindahkan semua petunjuk tersebut, maka tidak perlu khawatir akan bahaya sinar Roentgen.

Diantara petunjuk-petunjuk proteksi terhadap radiasi sinar Roentgen tersebut adalah: menjauhkan diri dari sumber sinar, menggunakan alat-alat proteksi bila harus berdekatan dengan sinar seperti sarung tangan, rok, jas, kursi fluoroskopi, berlapis timah hitam (Pb) dan mengadakan pengecekan berkala dengan memakai film-badge dan pemeriksaan darah, khususnya jumlah sel darah putih (leukosit).


Di Indonesia penggunaan sinar Roentgen cukup lama. Menurut laporan, alat Roentgen sudah digunakan sejak tahun 1898 oleh tentara kolonial Belanda dalam perang di Aceh dan Lombok. Selanjutnya pada awal abad ke-20 ini, sinar Roentgen terutama digunakan di Rumah sakit Militer dan rumah sakit pendidikan dokter di Jakarta dan Surabaya. Ahli radiologi Belanda yang bekerja pada Fakultas Kedokteran di Jakarta pada tahun-tahun sebelum perang dunia ke II adalah Prof.B.J. Van der Plaats yang jugatelah memulai melakukan radioterapi disamping radiodiagnostik.


Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini adalah R.M. Notokworo yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau mula-mula bekerja di Semarang, lalu pada permulaan masa pendudukan Jepang dipindahkan ke Surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara misterius, dibunuh oleh tentara Jepang. Pada tahun yang sama dengan penemuan sinar Roentgen, lahirlah seorang bayi di pulau Rote, NTT, yang bernama Wilhelmus Zacharias Johannes, yang dikemudian hari berkecimpung di bidang radiologi.

Pada akhir tahun dua puluhan waktu berkedudukan di kota Palembang, dr. Johannes jatuh sakit cukup berat sehingga dianggap perlu dirawat untuk waktu yang cukup lama di rumah sakit CBZ Jakarta. Penyakit yang diderita ialah nyeri pada lutut kanan yang akhirnya menjadi kaku (ankilosis). Selama berobat di CBZ Jakarta, beliau sering diperiksa dengan sinar Roentgen dan inilah saat permulaan beliau tertarik dengan radiologi. Johannes mendapat brevet ahli radiologi dari Prof. Van der Plaats pada tahun 1939. Beliau dikukuhkan sebagai guru besar pertama dalam bidang radiologi Fakultas Kedokteran UI pada tahun 1946.

Pada tahun 1952 Johannes diberi tugas untuk mempelajari perkembangan-perkembangan ilmu radiologi selama beberapa bulan di Eropa. Beliau berangkat dengan kapal Oranje dari Tanjung Priok. Pada saat keberangkatan, beberapa anggota staf bagian radiologi, yaitu dr. Sjahriar Rasad, Ny. Sri Handoyo dan Aris Hutahuruk alm. turut mengantar beliau. Prof. Johannes meninggal dunia dalam melakukan tugasnya di Eropa pada bulan September 1952. selain menunjukkan gejala serangan jantung, beliau juga menderita Herpes Zoster pada matanya, suatu penyakit yang sangat berbahaya.


Dalam usaha untuk menempatkan nama beliau sebagai tokoh radiologi kaliber dunia, maka pada kongres radiologi internasional tahun 1959 di Munich, delegasi Indonesia di bawah pimpinan Prof.Sjahriar Rasad berhasil menempatkan foto beliau di antara Martyrs of Radiology yang ditempatkan di suatu ruangan khusus kongres tersebut. Tahun 1968 beliau dianugerahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan oleh Pemerintah, walaupun telah wafat. Dan pada tahun 1978 jenazah almarhum dipindahkan ke Taman Pahlawan Kalibata. Almarhum tidak saja dianggap sebagai Bapak Radiologi bagi para ahli radiologi, melainkan juga oleh semua orang yang berkecimpung dalam radiologi termasuk radiographer. Beliau juga adalah Bapak Radiologi dalam bidang pendidikan dan keorganisasian. Beliaulah yang mengambil prakarsa untuk mendirikan Sekolah Asisten Roentgen pada tahun 1952, dan beliaulah yang mulai mendirikan organisasi yang mendahului Ikatan Ahli Radiologi Indonesia (IKARI) yaitu seksi radiologi IDI pada tahun 1952.

Pada tahun 1952 segelintir ahli radiologi yang bekerja di RSUP yaitu G.A.Siwabessy, Sjahriar Rasad, dan Liem Tok Djien, mendirikan Sekolah Asisten Roentgen karena dirasakan sangat perlunya tenaga asisten Roentgen yang berpendidikan baik. Pada tahun 1970 Sekolah Asisten Roentgen yang dahulunya menerima murid lulusan SMP ditingkatkan menjadi Akademi Penata Roentgen (APRO) yang menerima siswa lulusan SMA. Dengan semakin banyaknya jumlah asisten Roentgen yang berpengalaman, bahkan beberapa diantaranya mendapat pendidikan tambahan di luar negeri, maka pelajaran-pelajaran di APRO sebagian besar sudah dapat diberikan oleh para asisten Roentgen dan hanya Direktur sajalah yang berpangkat ahli radiologi karena merupakan syarat bagi suatu akademi. Para ahli radiologi sangat berkepentingan dalam perkembangan dan peningkatan mutu para asisten Roentgen, yang sekarang nama resminya menjadi penata Roentgen.